Rabu, 04 November 2015





RESUME JURNAL
RESIKO BUNUH DIRI REMAJA AKIBAT DEPRESI
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tehnologi Informatika
Dosen Pembimbing :
Ns. Reni Sulung Utami, S.Kep., MSc








Disusun Oleh:
                                 Luluk Zahfarani                             (22020114120041)
A14. 1









JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015

RESIKO BUNUH DIRI PADA REMAJA AKIBAT DEPRESI
Masa remaja merupakan masa transisi seseorang dari masa kanak – kanak menjadi masa dewasa. Fase ini merupakan fase terpenting dalam kehidupan seseorang. Fase transisi ini dapat diartikan sebagai periode dari pubertas hingga dewasa awal. Masa transisi ini dapat berupa perubahan sosial, emosional, dan perubahan fisiologis.(1) Masa remaja sangat rentang terhadap konflik sosial yang dapat menibulkan depresi.(2) Menurut American Psychological Association (APA, 1994) depresi adalah gangguan psikologis yang ditandai dengan gejala – gejala fisik, kognitif serta interpersonal, kondisi emosi sedih dan muram. Sedangkan menurut Caron dan Butcher (1991) menyebutkan bahwa depresi terjadi akibat dari respon normal dari pengalaman hidup yang tidak menyenangkan, contohnya kehilangan harta benda, status sosial, serta anggota keluarga. Depresi memiliki tanda dan gejala seperti tidak bersemangat, tidak punya harapan hidup, sedih dan murung, dan lain-lain.
Bedasarkan APA (1994) menyebutkan bahwa depresi dibedakan menjadi 2, sesuai dengan literature psikologi dan psikiatri yaitu depresi mayor (unipolar) dan depresi mania (bipolar). Ciri – ciri orang yang mengalami depresi mayor yaitu seorang individu mengalami kesedihan yang begitu dalam, merasa tidak tertarik lagi terhadap hal – hal yang dulu diminati. Sedangkan ciri – ciri dari depresi minor yaitu adanya perasaan gembira, optimism, dan gairah yang meluap – meluap dan berlebihan.(3)
Di dalam depresi dipengaruhi oleh dua teori yaitu teori biologis dan teori kognitif. Teori biologis yaitu teori yang menyatakan bahwa penyebab depresi yaitu bekerjanya system amine serebral di bawah sadar. Sedangkan teori kognitif yaitu perubahan persepsi seseorang, contohnya cara seseorang memandang segala hal selalu salah dan apabila dibiarkan terlalu lama akan menimbulkan depresi.(4)
Depresi dapat terjadi pada semua orang dan semua umur dari lansia, dewas, anak – anak, maupun remaja.(5) Tingkat depresi semakin meningkat dengan bertambahnya usia hal ini terjadi pada anak – anak dan remaja. Beberapa factor yang dapat menyebabkan depresi pada anak – anak dan remaja yaitu factor lingkungan, factor genetika, factor ekonomi, factor biologi, factor kognitif, factor kepribadian, factor psikososial.(4)(6) Contoh dari factor ekonomi yaitu kemiskinan. Factor biologi karena adanya penurunan hormone serotonin sehingga dapat mengakibatkan seseorang menjadi depresi. Factor genetic yaitu depresi dapat diturunkan kepada anak dari orang tua yang mengalami depresi. Factor lingkungan juga dapat menimbulkan depresi bagi seseorang contohnya stress, kehilangan. Factor psikososial yaitu adanya perubahan atau gangguan mood seseorang sehingga dapat menyebabkan depresi. Factor kepribadian yaitu bagi seseorang yang memiliki kepribadian dependen, anankastik, histonik mempunyai tingkat resiko depresi yang tinggi.(6)
Depresi merupakan penyebab utama terjadinya bunuh diri. Anak – anak dan remaja merupakan jumlah terbesar yang memiliki keinginan untuk melakukan bunuh diri karena gangguan depresi.(4) Di Amerika Serikat jumlah anak – anak dan remaja yang dirawat di rumah sakit karena tindakan bunuh diri mencapai lebih dari 12.000 jiwa. Di Indonesia khususnya Bali kasus bunuh diri pada tahun 2008 dan 2009 sebanyak 301 jiwa.(4) Di Korea Selatan tingkat bunuh diri remaja selalu meningkat selama 8 tahun belakangan ini.(7) Banyak alasan yang digunakan untuk melakukan bunuh diri yaitu harga diri rendah sehingga menimbulkan depresi bagi remaja.
Menurut hasil penelitian Korea Youth Konseling Institute (2007) sebanyak 510 orang menyatakan ingin berusaha untuk melakukan bunuh diri dan sebanyak 2709 orang mempunyai indikasi melakukan bunuh diri.(7) Di Malaysia sendiri kasus bunuh diri pada remaja berjumlah sebanyak 1.156 jiwa menurut National Suicide Registry Malaysia (NRSM, 2010). Jadi terdapat hubungan yang significan antara perilaku bunuh diri dengan gangguan depresi. Sehingga perlu dilakukan cara untuk menanggulangi bertambahnya angka kejadian bunuh diri pada remaja perlu dilakukan pencegahan. Walaupun sampai saat ini masih belum ada cara yang terbukti mampu menanggulangi perilaku bunuh diri dan kemungkinan bunuh diri pada remaja.
Namun dapat dilakukan berbagai cara pencegahan yaitu dengan pencegahan primer, sekunder, dan tersier.(5) Pencegahan primer adalah suatu metode yang digunakan untuk mencegah keinginan bunuh diri dan menjaga masyarakat agar tidak melakukan bunuh diri. Bentuk pencegahan primer dapat berbentuk mengurangi factor resiko untuk melakukan bunuh diri, misalnya dengan memodifikasi kondisi sosial, ekonomi, dan biologis. Seperti menurunkan tingkat kemiskinan, kekerasan, perceraian, dan edukasi tentang pola hidup yang sehat, misalnya pola makan dan tidur yang tepat, kesehatan fisik, latihan yang tepat. Pencegahan sekunder yaitu suatu pencegahan yang dilakukan kepada pasien yang ingin melakukan bunuh diri dengan cara mendeteksi secara awal dan segera memberi penanganan yang tepat. Sehingga dapat menurunkan resiko bunuh diri dengan tingkat keinginan yang tinggi. Rerisko tindakan bunuh diri yang tinggi dapat dilihat dari berbagai perilaku klien yang menunjukkan tanda – tanda isyarat untuk melakukan bunuh diri, rencana untuk berusaha mengakhiri hidupnya, serta melakukan percobaan bunuh diri. Pencegahan tersier merupakan pencegahan dengan cara mengurangi dampak dari tindakan bunuh diri. Peningkatan tentang cara menilai dan mendeteksi pasien dengan resiko bunuh diri serta mengurangi dampak dari tindakan bunuh diri secara tepat dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang professional dengan cara menambah wawasan mereka terhadap perilaku dengan resiko bunuh diri.
 Terdapat cara lain untuk mencegah tindakan bunuh diri yaitu dengan dirawat di rumah sakit atau hospitalization.(5) Anak dan remaja membutuhkan tindakan dari rumah sakit untuk melindungi pasien agar tidak melakukan bunuh diri karena depresi yang dapat menimbulkan keinginan untuk melakukan bunuh diri. Berikut ini beberapa alasan yang menyebabkan harus dirawat di rumah sakit menurut Suicide in Adolescents: A Worldwide Preventable Tragedy Greydanus DE, (2009) yaitu psikosis, kejang – kejang yang berulang kali dan berat, dalam fase mania, over dosis obat, pasien laki – laki karena beresiko 10 kali lebih besar, terdapat anggota keluarga yang melakukan bunuh diri, gagal menjalani terapi rawat jalan, adanya riwayat sebelumnya melakukan tindakan bunuh diri, penyalahgunaan obat, kurangnya perhatian dan perawatan di rumah, dan terdapat masalah medis lainnya. Fungsi dari rawat inap tidak hanya melindungi pasien namun juga menurunkan resiko, mobilisasi dukungan, keamanan pasien, serta menyediakan waktu aman untuk melakukan tindakan penanganan. Rawat inap sendiri tidak menentukan dapat mencegah secara total perilaku bunuh diri sampai masalah penyebab bunuh diri terselesaikan.(5)
            Bedasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa depresi dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu factor biologi, genetika, lingkungan, ekonomi, psikososial, kepribadian, kognitif. Depresi merupakan factor utama terjadinya resiko bunuh diri pada remaja.. Namun terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinya resiko bunuh diri terhadap remaja. Pencegahan tersebut yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier, serta Hospitalization

DAFTAR PUSTAKA
1.           Bowes L, Carnegie R, Pearson R, Mars B, Biddle L, Maughan B, et al. Risk of depression and self-harm in teenagers identifying with goth subculture: a longitudinal cohort study. The Lancet. Psychiatry [Internet]. Bowes et al. Open Acess article distributed under the terms of CC BY; 2015 Aug 20 [cited 2015 Sep 1];2(9):793–800. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26321233
2.           Mustaffa S, Aziz R, Mahmood MN, Shuib S. Depression and Suicidal Ideation among University Students. Procedia - Soc. Behav. Sci. [Internet]. Elsevier B.V.; 2014 Feb [cited 2015 Oct 7];116:4205–8. Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1877042814009343
3.           Aditomo A, Retnowati S. Perfeksionisme,harga diri, dan kecenderungan depresi pada remaja akhir. J. Psikol. 2004;1(1):1–14.
4.           Supyanti W, Wahyuni A. SUICIDE ATTEMPTS PREVENTION IN CHIDREN & ADOLESCENT WITH DEPRESSIVE DISORDERS. 2009;1–10.
5.           Sudhita IWR. Perilaku Bunuh Diri di Kalangan Remaja. J. IKA. 2009;8(1):25–40.
6.           Hayuningtyas DO, Supriyono Y, Lestari S. UPAYA BUNUH DIRI SEBAGAI BENTUK DEPRESI PADA REMAJA. J. Psikol. 1–21.
7.           Zong S. A Study on Adolescent Suicide Ideation in South Korea. Procedia - Soc. Behav. Sci. [Internet]. Elsevier B.V.; 2015 Feb [cited 2015 Oct 7];174:1949–56. Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S187704281500912X

Tidak ada komentar:

Posting Komentar