RESUME JURNAL
RESIKO BUNUH DIRI
REMAJA AKIBAT DEPRESI
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tehnologi
Informatika
Dosen Pembimbing :
Ns. Reni Sulung Utami, S.Kep., MSc
Disusun Oleh:
Luluk Zahfarani (22020114120041)
A14. 1
JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2015
Masa remaja merupakan masa transisi
seseorang dari masa kanak – kanak menjadi masa dewasa. Fase ini merupakan fase terpenting dalam
kehidupan seseorang. Fase transisi ini dapat diartikan sebagai periode dari
pubertas hingga dewasa awal. Masa transisi ini dapat berupa perubahan sosial,
emosional, dan perubahan fisiologis.(1) Masa remaja sangat
rentang terhadap konflik sosial yang dapat menibulkan depresi.(2) Menurut American
Psychological Association (APA, 1994) depresi adalah gangguan psikologis yang
ditandai dengan gejala – gejala fisik, kognitif serta
interpersonal, kondisi emosi sedih dan muram. Sedangkan menurut Caron
dan Butcher (1991) menyebutkan bahwa depresi terjadi akibat dari respon normal
dari pengalaman hidup yang tidak menyenangkan, contohnya kehilangan harta
benda, status sosial, serta anggota keluarga. Depresi memiliki tanda dan gejala
seperti tidak bersemangat, tidak punya harapan hidup, sedih dan murung, dan
lain-lain.
Bedasarkan APA (1994)
menyebutkan bahwa depresi dibedakan menjadi 2, sesuai dengan literature psikologi
dan psikiatri yaitu depresi mayor (unipolar) dan depresi mania (bipolar). Ciri
– ciri orang yang mengalami depresi mayor yaitu seorang individu mengalami
kesedihan yang begitu dalam, merasa tidak tertarik lagi terhadap hal – hal yang
dulu diminati. Sedangkan ciri – ciri dari depresi minor yaitu adanya perasaan
gembira, optimism, dan gairah yang meluap – meluap dan berlebihan.(3)
Di dalam depresi
dipengaruhi oleh dua teori yaitu teori biologis dan teori kognitif. Teori
biologis yaitu teori yang menyatakan bahwa penyebab depresi yaitu bekerjanya
system amine serebral di bawah sadar. Sedangkan teori kognitif yaitu perubahan
persepsi seseorang, contohnya cara seseorang memandang segala hal selalu salah
dan apabila dibiarkan terlalu lama akan menimbulkan depresi.(4)
Depresi dapat terjadi
pada semua orang dan semua umur dari lansia, dewas, anak – anak, maupun remaja.(5) Tingkat depresi semakin meningkat dengan
bertambahnya usia hal ini terjadi pada anak – anak dan remaja. Beberapa factor
yang dapat menyebabkan depresi pada anak – anak dan remaja yaitu factor
lingkungan, factor genetika, factor ekonomi, factor biologi, factor kognitif,
factor kepribadian, factor psikososial.(4)(6) Contoh dari factor ekonomi yaitu kemiskinan.
Factor biologi karena adanya penurunan hormone serotonin sehingga dapat
mengakibatkan seseorang menjadi depresi. Factor genetic yaitu depresi dapat
diturunkan kepada anak dari orang tua yang mengalami depresi. Factor lingkungan
juga dapat menimbulkan depresi bagi seseorang contohnya stress, kehilangan.
Factor psikososial yaitu adanya perubahan atau gangguan mood seseorang sehingga
dapat menyebabkan depresi. Factor kepribadian yaitu bagi seseorang yang
memiliki kepribadian dependen, anankastik, histonik mempunyai tingkat resiko
depresi yang tinggi.(6)
Depresi merupakan
penyebab utama terjadinya bunuh diri. Anak – anak dan remaja merupakan jumlah
terbesar yang memiliki keinginan untuk melakukan bunuh diri karena gangguan
depresi.(4) Di Amerika Serikat jumlah anak – anak dan
remaja yang dirawat di rumah sakit karena tindakan bunuh diri mencapai lebih
dari 12.000 jiwa. Di Indonesia khususnya Bali kasus bunuh diri pada tahun 2008
dan 2009 sebanyak 301 jiwa.(4) Di Korea Selatan tingkat bunuh diri remaja
selalu meningkat selama 8 tahun belakangan ini.(7) Banyak alasan yang digunakan untuk
melakukan bunuh diri yaitu harga diri rendah sehingga menimbulkan depresi bagi
remaja.
Menurut hasil
penelitian Korea Youth Konseling Institute (2007) sebanyak 510 orang menyatakan
ingin berusaha untuk melakukan bunuh diri dan sebanyak 2709 orang mempunyai
indikasi melakukan bunuh diri.(7) Di Malaysia sendiri
kasus bunuh diri pada remaja berjumlah sebanyak 1.156 jiwa menurut National Suicide Registry Malaysia (NRSM, 2010). Jadi terdapat hubungan yang significan antara
perilaku bunuh diri dengan gangguan depresi. Sehingga perlu dilakukan cara untuk
menanggulangi bertambahnya angka kejadian bunuh diri pada remaja perlu
dilakukan pencegahan. Walaupun sampai saat ini masih belum ada cara yang
terbukti mampu menanggulangi perilaku bunuh diri dan kemungkinan bunuh diri pada
remaja.
Namun dapat dilakukan
berbagai cara pencegahan yaitu dengan pencegahan primer, sekunder, dan tersier.(5) Pencegahan primer
adalah suatu metode yang digunakan untuk mencegah keinginan bunuh diri dan
menjaga masyarakat agar tidak melakukan bunuh diri. Bentuk pencegahan primer
dapat berbentuk mengurangi factor resiko untuk melakukan bunuh diri, misalnya
dengan memodifikasi kondisi sosial, ekonomi, dan biologis. Seperti menurunkan
tingkat kemiskinan, kekerasan, perceraian, dan edukasi tentang pola hidup yang
sehat, misalnya pola makan dan tidur yang tepat, kesehatan fisik, latihan yang
tepat. Pencegahan sekunder yaitu suatu pencegahan yang dilakukan kepada pasien
yang ingin melakukan bunuh diri dengan cara mendeteksi secara awal dan segera
memberi penanganan yang tepat. Sehingga dapat menurunkan resiko bunuh diri
dengan tingkat keinginan yang tinggi. Rerisko tindakan bunuh diri yang tinggi
dapat dilihat dari berbagai perilaku klien yang menunjukkan tanda – tanda
isyarat untuk melakukan bunuh diri, rencana untuk berusaha mengakhiri hidupnya,
serta melakukan percobaan bunuh diri. Pencegahan tersier merupakan pencegahan
dengan cara mengurangi dampak dari tindakan bunuh diri. Peningkatan tentang
cara menilai dan mendeteksi pasien dengan resiko bunuh diri serta mengurangi
dampak dari tindakan bunuh diri secara tepat dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang professional dengan cara menambah wawasan mereka terhadap
perilaku dengan resiko bunuh diri.
Terdapat cara lain untuk mencegah tindakan
bunuh diri yaitu dengan dirawat di rumah sakit atau hospitalization.(5) Anak dan remaja
membutuhkan tindakan dari rumah sakit untuk melindungi pasien agar tidak
melakukan bunuh diri karena depresi yang dapat menimbulkan keinginan untuk
melakukan bunuh diri. Berikut ini beberapa alasan yang menyebabkan harus
dirawat di rumah sakit menurut Suicide
in Adolescents: A Worldwide Preventable Tragedy Greydanus DE, (2009) yaitu psikosis, kejang – kejang yang
berulang kali dan berat, dalam fase mania, over dosis obat, pasien laki – laki
karena beresiko 10 kali lebih besar, terdapat anggota keluarga yang melakukan
bunuh diri, gagal menjalani terapi rawat jalan, adanya riwayat sebelumnya
melakukan tindakan bunuh diri, penyalahgunaan obat, kurangnya perhatian dan
perawatan di rumah, dan terdapat masalah medis lainnya. Fungsi dari rawat inap
tidak hanya melindungi pasien namun juga menurunkan resiko, mobilisasi
dukungan, keamanan pasien, serta menyediakan waktu aman untuk melakukan
tindakan penanganan. Rawat inap sendiri tidak menentukan dapat mencegah secara
total perilaku bunuh diri sampai masalah penyebab bunuh diri terselesaikan.(5)
Bedasarkan uraian diatas dapat
disimpulkan bahwa depresi dapat disebabkan oleh beberapa factor yaitu factor
biologi, genetika, lingkungan, ekonomi, psikososial, kepribadian, kognitif. Depresi
merupakan factor utama terjadinya resiko bunuh diri pada remaja.. Namun
terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinya resiko bunuh diri terhadap
remaja. Pencegahan tersebut yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier,
serta Hospitalization.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowes L,
Carnegie R, Pearson R, Mars B, Biddle L, Maughan B, et al. Risk of depression
and self-harm in teenagers identifying with goth subculture: a longitudinal
cohort study. The Lancet. Psychiatry [Internet]. Bowes et al. Open Acess
article distributed under the terms of CC BY; 2015 Aug 20 [cited 2015 Sep
1];2(9):793–800. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26321233
2.
Mustaffa S, Aziz R, Mahmood MN,
Shuib S. Depression and Suicidal Ideation among University Students. Procedia -
Soc. Behav. Sci. [Internet]. Elsevier B.V.; 2014 Feb [cited 2015 Oct
7];116:4205–8. Available from:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1877042814009343
3.
Aditomo A, Retnowati S.
Perfeksionisme,harga diri, dan kecenderungan depresi pada remaja akhir. J.
Psikol. 2004;1(1):1–14.
4.
Supyanti W, Wahyuni A. SUICIDE
ATTEMPTS PREVENTION IN CHIDREN & ADOLESCENT WITH DEPRESSIVE DISORDERS.
2009;1–10.
5.
Sudhita IWR. Perilaku Bunuh Diri
di Kalangan Remaja. J. IKA. 2009;8(1):25–40.
6.
Hayuningtyas DO, Supriyono Y,
Lestari S. UPAYA BUNUH DIRI SEBAGAI BENTUK DEPRESI PADA REMAJA. J. Psikol.
1–21.
7.
Zong S. A Study on Adolescent
Suicide Ideation in South Korea. Procedia - Soc. Behav. Sci. [Internet].
Elsevier B.V.; 2015 Feb [cited 2015 Oct 7];174:1949–56. Available from:
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S187704281500912X
Tidak ada komentar:
Posting Komentar